Word Of Honor Chapter 6

 CHAPTER 6 - THE BEAUTY

Tak ada yang bersuara, kelompok itu saling bertukar pandang dengan cepat, mengitari Gu Xiang dan Zhou Zishu, mengabaikan Zhang Chengling.

Gu Xiang menghela nafas, "Situasinya sungguh tidak menguntungkan. Aku belum pernah melakukan perbuatan baik selama hidupku dan sekarang saat melakukannya, malah datang masalah. Zhou-xiong, aku hanyalah gadis lemah yang belum pernah diserang orang sebanyak ini, aku sangat takut, tolong lindungi aku."

Kalimat terakhir itu benar-benar bisa buat orang ketakutan sampai mati. Zhou Zishu harus berjuang untuk bernafas dengan benar dan menatap Gu Xiang seolah terganggu, sementara gadis itu memasang wajah polos terbaiknya.

Dan balas menatap Zhou Zishu dengan lesu.

Kelompok pembunuh itu jadi agak canggung dengan kontes saling tatap yang lembut dan penuh kasih ini. Entah siapa yang mulai bergerak maju duluan, dalam waktu singkat mereka membuat formasi seperti jaring, mengurung keduanya di dalam.

Gu Xiang bergumam lembut, "Huh," wajahnya kaku dan geram, menghentikan sandiwara kecilnya dan mengabaikan Zhou Zishu, lalu mengeluarkan belati kecil, bersiap menghadapi serangan yang datang.

Dia cukup yakin akan kemampuannya sendiri, namun saat pertarungan dimulai, dengan cepat menyadari kalau formasi itu cukup sulit ditembus. Meskipun empat belas orang musuh ini tidak semuanya seimbang dengan dirinya, namun kelompok mereka menekan terus menerus dari berbagai sisi, membuat situasi semakin berbahaya. Akhirnya Gu Xiang terpaksa mundur dari pertarungan, formasi itu mendekat perlahan dan menghalangi semua jalan keluar.

Gu Xiang mulai ragu saat mundur di samping Zhou Zishu, berdiri dengan punggung saling berhadapan. Tatapan Zhou Zishu menggelap, mengamati musuh tanpa berkedip, dan memberitahu Gu Xiang, "Aku meremehkan mereka."

Awalnya Gu Xiang tidak mengerti. Keningnya sedikit berkeringat, "Memangnya... ini formasi apa, sih?"

Zhou Zishu menjawab, "Aku belum pernah melihatnya, tapi kudengar formasi Ba huang Liuhe zhen terdiri dari empat belas orang, selalu berubah dan terkoordinasi sangat baik. Celah setiap orang langsung diisi oleh yang lain dengan cepat dan rapi, menciptakan penghalang yang sulit ditembus..."

#八荒六合阵 (Bā huāng liùhé zhèn): Delapan Daratan dan Enam Konstituen, mengacu pada daerah yang sangat terpencil di luar China. 六合 (liùhé) berarti enam arah (utara, selatan, timur, barat, atas dan bawah).

Gu Xiang berteriak saat Zhou Zishu menangkis serangan pedang dengan tangan kosong, lalu menyingkirkan pedang yang sudah dia hancurkan itu.

"Lalu sekarang kita harus bagaimana?"

Zhou Zishu tidak menjawab, dengan mata menggelap tiba-tiba terbang dan menginjak altar untuk melontarkan dirinya lebih tinggi ke udara, meja altar yang bobrok dan berdebu itu tak bergeming sama sekali. Tiga pria bertopeng segera mengikuti Zhou Zishu dan menghalangi setiap jalan keluar dengan pedang mereka; namun tak disangka Zhou Zishu malah bergerak mundur, menggeliat menembus pertahanan seperti ikan berenang dan mencapai patung Buddha.

Ketiga orang itu segera berbalik ke arah patung Buddha.

Zhou Zishu berteriak kecil dan entah kekuatan darimana, mendorong patung ke depan sambil bergumam, "Buddha maha penyayang, tolong selamatkan aku kali ini."

Patung Buddha yang berat itu melesat maju ke arah Gu Xiang yang terkejut dan langsung membungkuk untuk mengelak, merasakan angin menggesek kulit kepalanya; tiga orang yang mencoba membunuh Zhou Zishu juga terbang di udara; dengan kecepatan teknik tubuh seperti itu, Zhou Zishu tidak mungkin memakai kekuatan dan tidak ada jalan menghindar, satu-satunya cara membubarkan formasi yang sangat ketat itu hanya dengan melempar patung Buddha hingga menciptakan lubang menganga.

Gu Xiang tertawa, "Hehe... ini sangat menarik."

Gadis itu tidak membiarkan kesempatan ini berlalu begitu saja, dia melambaikan tangan menembak anak panah dari lengan jubah, hingga orang yang berhadapan langsung harus menanggung beban serangannya. Pria dengan wajah tertutup itu tidak sempat mengeluarkan suara dan jatuh tersungkur.

Sisa kelompok mulai kehilangan keberanian, dan niat membunuh Gu Xiang muncul lagi, dia mulai menyerang mereka tanpa peduli apapun.

Zhou Zishu kelelahan, dia sudah memakai semua kekuatan dan tidak punya waktu memulihkan tubuh, sementara tangan dan kakinya mulai mati rasa, dia tidak lagi bersikap agresif dan duduk tenang di lantai.

Butuh beberapa saat bagi Gu Xiang untuk bereaksi, dia menoleh dan memaki di sela-sela kesibukannya bertarung, "Kau sedang apa, Zhou Xu?"

Zhou Zishu menjawab santai, "Gu-meizi, diriku hanyalah pengemis lemah yang belum pernah diserang orang sebanyak ini, aku sangat takut, tolong lindungi aku."

#顾妹子 (Gù mèizi): Adik Gu.

Tangan Gu Xiang gemetar saking marahnya, pisau menancap di dada salah satu pria bertopeng itu, sampai-sampai tersangkut di tulang rusuknya dan tidak bisa dilepas.

Gu Xiang sangat cekatan, namun tidak bisa bertahan lama dalam pertarungan. Kali ini dia kehilangan senjatanya dan jadi kebingungan sendiri lalu mundur tiga langkah untuk membela diri sebaik mungkin. Zhou Zishu menghela napas lega, namun tidak buru-buru bergerak, hanya tersenyum mengawasi pertarungan mereka sambil memainkan beberapa batu kecil yang dia ambil, tiba-tiba satu batu meluncur dan tepat berada di dahi salah satu pria bertopeng yang berniat menyerang gadis itu diam-diam.

Zhou Zishu membuka mulut dan menunjuk, "Tidak apa-apa, tidak apa-apa, Nona, kau sama sekali tidak memiliki taktik."

Batu lain meluncur secepat kilat, mengenai titik Huantiao salah satu pria bertopeng, membuatnya kehilangan keseimbangan dan tersandung tepat di bawah kaki Gu Xiang. Cahaya pisau kecil dari sepatunya memantul lalu mengiris tenggorokan pria bertopeng itu. Dia mendengar Zhou Zishu berkata, "Intinya dasar, kalau membuat garis tanpa akar dan bergerak tanpa dasar, bagaimana kau bisa mengendalikan diri sepenuhnya?"

#环跳 (Huán tiào): Titik akupuntur dekat sendi pinggang.

#Zhou Zishu mengacu pada lima fase menggantung dalam filosofi Tiongkok: kayu, api, tanah, logam, air; dan panca indera: mata, telinga, hidung, lidah dan tubuh.

Gu Xiang gadis yang cerdas. Dia berhenti dan mengibaskan pisaunya, menendang kaki musuh dari berbagai sisi, dan sewaktu pria bertopeng itu jatuh ke depan, Gu Xiang memegang pembuluh darahnya, mengambil pedang pria itu, lalu memukul titik Baihui dan mengirimnya menemui raja neraka.

#百会 (Bǎi huì): Titik akupuntur di bagian tengah atas kepala.

Zhou Zishu melempar batu lain ke titik Jianjing salah satu pria yang menyerang, tiba-tiba pria itu merasa setengah bagian tubuhnya lumpuh dan tidak bisa bergerak lalu terjatuh. Gu Xiang mendengar pengemis penyakitan itu mengeluh dan mendesah setengah hati, "Tidak bagus, masih tidak bagus, formasinya sudah hancur tapi itu bukan alasan mengambil risiko, berhentilah meremehkan sesuatu."

#肩井 (Jiān jǐng): Titik akupuntur tertinggi di bagian bahu.

Mendengar perkataannya, Gu Xiang segera membentuk teratai dari gerakan kaki, pria bertopeng yang menyerbu berhasil dihindari dengan kekuatan stabil, pria itu mengubah strategi dan memegang pedang secara horizontal, memperlihatkan titik lemah yang dimanfaatkan Gu Xiang, lalu gadis itu menangani dua orang lagi dengan mudah.

Dalam sekejap, banyak mayat bergeletakkan di tanah. Ketika pria bertopeng lainnya melihat ada yang salah, mereka saling melirik satu sama lain, lalu mundur teratur. Zhou Zishu mengerutkan kening, merasa kelompok orang ini terlalu merepotkan. Dia sudah setuju membawa anak itu ke kediaman Zhao di Tai Hu, namun tidak mau berurusan dengan para pengejar di sepanjang jalan. Kalau kali ini dibiarkan pergi, dia khawatir mereka akan kembali lagi selama perjalanan.

Ini bukanlah hal yang bagus, para pembunuh datang dengan identitas tidak jelas, mencoba membantai setiap orang dalam keluarga anak laki-laki itu, dan menyembunyikan kepala mereka tapi menunjukkan ekornya seperti ini.

Gu Xiang pusing dengan bayangan yang berkelebat di depannya, orang yang dari tadi cuma duduk di meja, sekarang tiba-tiba berada di depan pintu kuil. Pria berbaju hitam terdekat cuma punya sedikit waktu bersandar sebelum bahunya terlepas, tangan Zhou Zishu melingkar dan memutar leher pria itu hanya dengan kekuatan jari, lalu mengambil pisau yang jatuh di samping kakinya.

Senyum mengerikan muncul di wajah hijau kekuningan itu...

Gu Xiang tidak bisa mengikuti apa yang terjadi, sebelum dia sadar, sisa kelompok pembunuh itu sudah menjadi mayat. Dia berkedip dan terkejut dalam hati, "Kupikir orang ini hanya bisa mengoceh, seperti para sekte besar yang suka menyombongkan diri itu, tak disangka eksekusinya dalam pertempuran sangat rapi dan kejam." Hal ini membuat Gu Xiang bertanya-tanya siapa dia sebenarnya.

Sebenarnya Zhou Zishu tidaklah se-mengesankan seperti bayangan Gu Xiang, kakinya selemas jeli dan tidak memiliki cukup waktu untuk pulih sejak menyentuh tanah. Setelah membunuh beberapa orang, dia bahkan tidak bisa mempertahankan tubuhnya, tapi juga tidak mau Gu Xiang tahu, jadi dia hanya mundur beberapa langkah, jalannya seringan bulu, namun kenyataannya dia berada dalam kondisi menyedihkan, berusaha sekuat tenaga menemukan sesuatu yang bisa menopangnya.

Tiba-tiba sepasang lengan muncul entah darimana, menopangnya dengan kuat. Zhou Zishu sama sekali tidak merasakan orang ini mendekat dan terkejut, bulu kuduknya meremang. Untung orang ini tulus membantu tanpa ada niat lain.

Mata Gu Xiang bersinar saat berseru, "Zhuren!"

Zhou Zishu menghela nafas lega dan menegakkan tubuh. Orang di belakangnya ini pria berbaju abu-abu yang dia lihat waktu di kedai minum, mungkin berusia sekitar tiga puluhan, wajahnya luar biasa tampan, meskipun tatapannya membuat bingung banyak orang.

Matanya yang tajam sekarang tertuju pada Zhou Zishu, tatapannya sangat kurang ajar, seperti tidak menginginkan apapun selain mengungkap apa yang ada di bawah lapisan wajahnya.

Zhou Zishu terbatuk, "Terima kasih..."

"Wen, Wen Kexing." Ekspresi pria itu dipenuhi keraguan samar, mengalihkan tatapannya ke leher dan tangan Zhou Zishu, kecurigaannya semakin meningkat.

Meskipun tidak tahu apa yang dilihat pria ini, tapi Zhou Zishu tetap tenang, tahu kalau keahliannya lebih baik dari siapapun, jika dia gagal dalam penyamaran sederhana ini, maka bertahun-tahun yang lalu, pasti sudah binasa selama menjalankan misinya. "Ah, terima kasih Wen-xiong," katanya tenang.

Setelah beberapa saat, pria itu mengalihkan tatapannya dan mengangguk, "Tidak masalah."

Setelah itu dia masuk ke kuil, Gu Xiang berkeliaran menendang mayat-mayat dan membuat tempat duduk dari jerami untuknya. Wen Kexing melirik Zhou Zishu sekali lagi lalu menambahkan, "Aku tidak bermaksud melakukannya," katanya, siapa tahu Zhou Zishu salah paham dengan kejadian tadi.

Zhou Zishu langsung sadar darimana Gu Xiang mendapat sikapnya yang aneh itu. Dia duduk dan mulai bermeditasi.

Setelah sekitar dua jam, dia membuka mata ke arah Wen Kexing yang bersandar di dinding dan bersila, masih mengawasi dengan saksama. Mau tak mau Zhou Zishu bertanya, "Apa ada sesuatu di wajahku? Kenapa Wen-xiong terus mengamatiku?"

Wen Kexing bertanya dengan wajah datar, "Apa kau menyamar?"

Zhou Zishu tegang, namun wajahnya tidak menunjukkan ekspresi apapun, "Apa maksudmu?"

Wen Kexing tidak mempedulikannya, hanya bergumam pelan, "Aneh... benar-benar aneh. Aku tidak bisa lihat apa kau memakai topeng,  juga tidak yakin kalau kau tidak memakainya, hm..."

Dia mengusap dagu, terdengar kebingungan, "Aku tidak pernah salah sebelumnya, saat melihat tulang kupu-kupumu, aku tahu kau pasti memiliki kecantikan luar biasa."

#Tulang kupu-kupu: Tulang belikat.

Tak ada yang bisa mempersiapkan Zhou Zishu untuk jawaban itu.

Wen Kexing mengangguk, memastikan diri sendiri, "Aku tidak mungkin salah kali ini, tentu saja kau menyamar."

Tak ada yang bisa mempersiapkan Zhou Zishu untuk jawaban ini juga.

Wen Kexing tidak berhenti menatapnya dan hanya bisa menyerah setelah waktu yang lama, "Meski aku tidak bisa lihat kekurangan apapun yang menunjukkan kau menyamar seperti itu," dia mencondongkan kepala ke belakang, "Kau pasti sangat ahli karena aku tidak bisa melihat kesalahanmu? Apa orang sepertimu benar-benar ada? Ini benar-benar... sangat... tidak mungkin..."

Gu Xiang berkata dengan nada dingin, "Zhuren, ingatkah terakhir kali kau bilang penjagal itu cantik dengan hanya melihat punggungnya?"

Suara Wen Kexing melembut, "Dia mungkin penjagal, tapi matanya yang berair dan bersinar sudah cukup membuktikan pesonanya. Orang tidak peduli dengan latar belakang para pahlawan, jadi kenapa hal itu tidak bisa diterapkan juga pada penjagal? Tapi apa, sih yang diketahui anak kecil tak berbudaya sepertimu."

Gu Xiang menghela nafas, "Mata yang berair dan bersinar? Matanya berkaca-kaca karena dia menguap! Apalagi hidungnya lebar, mulut dan kepalanya juga besar, telinganya....."

Wen Kexing berkata tegas, "Gu Xiang, kau benar-benar buta."

Zhou Zishu perlahan bangkit berdiri dan pergi memeriksa keadaan Zhang Chengling.

==========


<Prev Next>

Comments