Word Of Honor Chapter 2

 CHAPTER 2 - ENCOUNTER

Tujuh Paku Penyiksa ada rahasianya.

Tak ada yang tahu rahasia ini kecuali Zhou Zishu, dan mungkin tidak banyak juga orang yang tahu mengenai hal ini; kalau ketujuh paku ditancap di saat bersamaan, orang itu sudah pasti tidak sanggup bertahan. Zhou Zishu mungkin bisa meninggalkan istana  hanya dengan satu nafas tersisa, tapi dia khawatir tidak bisa melewati gerbang istana, kemungkinan besar dia kehilangan kemampuan bicara dan bergerak.
Namun kalau melakukannya setiap tiga bulan sekali, membiarkan paku itu berkembang sedikit demi sedikit, menyatu dan beradaptasi secara perlahan dengan tubuhnya, meski dalam waktu tiga tahun kematian masih tetap tidak bisa dihindari, tapi setidaknya masih bisa mempertahankan kekuatan inti dan masih bisa bicara serta bergerak layaknya orang normal, namun dirinya harus menahan rasa sakit yang menyiksa selama delapan belas bulan.

Zhou Zishu juga dengar kalau metode yang menyakitkan ini bisa membuat orang jadi gila; tapi dia sangat bahagia mengetahui kalau ternyata rumor itu salah, setidaknya sekarang ini dia tidak gila. Bukan saja dia tidak gila, tapi juga belum pernah merasa sebahagia ini seumur hidupnya. Sangat tenang dan damai.

12
Tian Ya Ke/天涯客/Tiānyá kè/Faraway Wanderers/Word of Honor/山河令
oleh SkylarRed_0805
  
CHAPTER 2 - ENCOUNTER
 1.1K  170  25
oleh SkylarRed_0805
Tujuh Paku Penyiksa ada rahasianya.

Tak ada yang tahu rahasia ini kecuali Zhou Zishu, dan mungkin tidak banyak juga orang yang tahu mengenai hal ini; kalau ketujuh paku ditancap di saat bersamaan, orang itu sudah pasti tidak sanggup bertahan. Zhou Zishu mungkin bisa meninggalkan istana  hanya dengan satu nafas tersisa, tapi dia khawatir tidak bisa melewati gerbang istana, kemungkinan besar dia kehilangan kemampuan bicara dan bergerak.
Namun kalau melakukannya setiap tiga bulan sekali, membiarkan paku itu berkembang sedikit demi sedikit, menyatu dan beradaptasi secara perlahan dengan tubuhnya, meski dalam waktu tiga tahun kematian masih tetap tidak bisa dihindari, tapi setidaknya masih bisa mempertahankan kekuatan inti dan masih bisa bicara serta bergerak layaknya orang normal, namun dirinya harus menahan rasa sakit yang menyiksa selama delapan belas bulan.

Zhou Zishu juga dengar kalau metode yang menyakitkan ini bisa membuat orang jadi gila; tapi dia sangat bahagia mengetahui kalau ternyata rumor itu salah, setidaknya sekarang ini dia tidak gila. Bukan saja dia tidak gila, tapi juga belum pernah merasa sebahagia ini seumur hidupnya. Sangat tenang dan damai.3

Mereka yang sudah meninggalkan Tian Chuang, pergerakannya masih tetap diawasi. Informasi identitas, kapan pergi, tempat tinggal, sampai tempat mereka dikubur, semuanya dicatat secara rinci. Seperti jaring raksasa, bisa masuk tapi tidak bisa keluar lagi seumur hidupnya.

Dia menyayangkan setengah dari hidupnya, tapi biar bagaimanapun dia masih memiliki beberapa orang yang setia.

Zhou Zishu, pemimpin Tian Chuang yang di dukung Kaisar Rong Jia, dengan keahlian bela diri yang tinggi dan teknik penyamaran luar biasa, berjalan dalam kerumunan orang banyak dan menoleh, tidak ada seorangpun yang akan mengenalinya.

Akhirnya bayangan paling menakutkan, yang selalu berkeliaran di istana; menghilang begitu saja dari dunia, hanya meninggalkan pria tuna wisma menyedihkan dengan seekor kuda kurus, menyenandungkan lagu-lagu daerah sepanjang jalan melewati ilalang dan gurun. 

Zhou Zishu orang pertama yang keluar dari jaringan menakutkan ini.

Dia memakai topeng kulit manusia berwajah jelek, mengolesnya secara acak hingga wajahnya berwarna biru kekuningan; terlihat seperti pria penyakitan dan berada di ambang kematian. Sambil minum air tepi sungai, Zhou Zishu melihat pantulan dirinya dan merasa penyamaran ini sangat cocok; semakin dilihat, semakin puas jadinya. Dia mengeluarkan satu set pakaian polos yang dicuri dari rumah seorang petani di pinggir jalan, melepas jubah yang dipakai dan membakarnya, botol usang berisi arak beras setengah penuh diikat ke pinggang.

Zhou Zishu ingat tidak pernah menggunakan nama aslinya setelah bersembunyi di istana selama bertahun-tahun, jadi dia tidak perlu memikirkan nama samaran lain dan melanjutkan perjalanan dengan gembira.

Dia tidak punya banyak tempat untuk dikunjungi, tapi mendengar kalau Jiangnan tempat yang bagus, jadi memutuskan pergi ke sana dan melihat-lihat, mungkin merampok orang kaya dan membantu orang miskin, pergi melewati Kaifeng dan Penglai, melakukan perjalanan dengan perlahan dan santai selama lebih dari tiga bulan, sebelum akhirnya tiba di Jiangnan dan melihat sendiri pemandangan penuh warna di tempat itu.

Zhou Zishu menyelinap ke gudang anggur paling terkenal di dunia dan mencoba semua anggur osmanthus yang manis berkali-kali, dia merasa sangat mabuk dan melayang, sungguh indah, seperti tak ada hari yang lebih baik lagi dari hari ini.

Sepuluh hari kemudian, setelah nyaris tertangkap, dia sampai pada kesimpulan; meskipun anggur itu enak, tapi rasanya basi dan kurang menarik, jadi dia meninggalkan beberapa keping perak dan pergi.

#銀子(yínzi): Sejenis mata uang di Tiongkok kuno, ukuran standar untuk keping perak.

Setelah sepuluh hari, Zhou Zishu terlihat lebih buruk, penampilannya menyedihkan dan wajah penyakitannya terlihat jelas. Dengan tubuh kurus, pakaian berbau alkohol dan bulu burung liar melengkapi penampilan pengemisnya.

Itulah sebabnya saat dia duduk berjemur di pinggir jalan, seorang gadis muda gemuk meliriknya sambil memegang koin tembaga, tapi tidak tahu harus meletakkan dimana, akhirnya dia bertanya, "Hei dashu, mangkukmu dimana?"

 (dàshū): Paman, panggilan umum terhadap orang yang lebih tua, tapi tidak ada hubungan kekerabatan.

Gadis itu langsung dibawa pergi kerabatnya yang lebih dewasa, Zhou Zishu tidak tahu harus tertawa atau menangis.

Tahun-tahun berlalu, sebagian besar kerabatnya sudah pergi, ada yang hidup dalam kecemasan, ada yang sudah mati, ada juga yang diasingkan dari rumah mereka. Zhou Zishu meregangkan lengan dan kakinya sambil bersandar ke dinding, meneruskan berjemur di bawah sinar matahari yang hangat, sudut bibirnya melengkung membentuk senyuman, mulai berpikir apa sebenarnya dia inginkan sekian lama ini.

Dulu waktu masih sangat muda, dia selalu menganggap dirinya orang yang unggul dan menerima pujian apapun; betapa pintarnya dia, betapa liciknya dia, betapa bagus dirinya dalam seni bela diri, dan berpengetahuan luas; seolah kalau tidak berusaha mencapai sesuatu dalam hidupnya, maka hal itu akan sia-sia bagi umat manusia. Namun setelah sekarang memikirkannya, apa sebenarnya yang dia inginkan?

#心 有 九窍 (Xīn yǒu jiǔ qiào), secara harfiah diterjemahkan sebagai hati dengan sembilan lubang, digunakan untuk menggambarkan orang dengan kecerdasan emosional yang tinggi.

Dan apa yang hilang darinya?

Zhou Zishu sudah membuang kebebasannya melayani kerajaan secara diam-diam; hidupnya berada dalam lingkaran yang tak pernah berakhir, apapun yang pernah dia miliki, menjadi kompensasi atas tindakan yang pernah dilakukannya. Sekarang Zhou Zishu hanyalah penyendiri tanpa memiliki apapun, dia sudah memeras otak merencanakan pelarian yang gemilang dan mempertaruhkan nyawa. Bahkan berpikir kalau dirinya sangat pintar karena berhasil.

Namun tiba-tiba dia mengasihani diri sendiri, merasa seperti orang paling bodoh, di dunia yang bodoh ini.

Sudah berapa lama sejak dia membiarkan dirinya berjemur di bawah sinar matahari di jalanan seperti ini? Sungguh lucu melihat para pejalan kaki yang lewat tergesa-gesa, seperti lebih terburu-buru daripada dirinya⎯⎯ orang yang hampir mati.

Di kedai minum terdekat, terdengar suara nyaring wanita, "Gongzi, lihat pria itu! Kalau dia pengemis, kenapa tidak punya mangkuk, bahkan yang rusak sekalipun? Kalau bukan, kenapa terus duduk di sana sepanjang pagi ini tanpa melakukan apa-apa dan hanya tersenyum bodoh? Dia pasti idiot, kan?"

#公子 (gōngzǐ): Tuan Muda.

Meskipun sekarang Zhou Zishu hanya mempunyai setengah kemampuan seni bela diri, tapi pendengarannya masih bagus. Gadis itu jauh dari jalanan yang ramai dan suaranya tidak terlalu keras, tapi juga tidak terlalu kecil, Zhou Zishu tidak melewatkan satu kata pun.

Belum sempat mengejek diri sendiri, dia mendengar suara laki-laki menjawab, "Dia cuma berjemur."

Suaranya rendah, sangat menyenangkan di telinga, dan setiap perkataan diucapkan pelan dan jelas.

Zhou Zishu tidak bisa menahan diri dan mendongak. Di lantai dua kedai minum itu, wanita muda cantik berbaju ungu bersandar di atas balkon dalam posisi menghadap Zhou Zishu, dan pria yang duduk di sebelahnya berpakaian abu-abu, dengan kulit pucat dan mata gelap seperti bisa menelan semua kecerahan, ciri-cirinya sangat berbeda; pria itu tidak mirip manusia. Zhou Zishu bertemu pandang dengan matanya saat mendongak.

Pria berbaju abu-abu itu membalas tatapannya sebelum memalingkan wajah tanpa ekspresi, dan kembali memperhatikan makanannya.

Zhou Zishu terkekeh dan berpikir, bagaimana mungkin di antara sekian banyak orang asing ini, dia bisa menemukan orang yang mengerti situasinya.

Gadis berbaju ungu itu masih menatapnya dari atas ke bawah dengan mata cerah. Setelah beberapa saat, dia tidak bisa lagi menahan rasa penasaran, mengatakan sesuatu pada pria itu lalu melompat ke bawah dengan penuh semangat, dan berjalan ke arah Zhou Zishu, "Hei tuan pengemis, bagaimana kalau aku mentraktirmu makan?"

Zhou Zishu menatapnya dengan malas dan menggeleng, "Aku lebih suka kalau kau membelikanku anggur, Nona dermawan."

Gadis itu tertawa, membalikkan badan ke tuannya dan berteriak, "Gongzi, orang bodoh ini memanggilku orang dermawan!"

Namun sepertinya pria itu tidak mendengar dan tidak mau memperhatikan. Langit boleh saja runtuh saat itu juga dan dia masih tetap memilih memperhatikan makanannya.

Gadis itu bertanya lagi, "Orang lain pasti meminta makanan, apa bagusnya anggur hingga membuatmu kecanduan seperti ini? Memangnya minum alkohol bisa membuatmu kenyang?"

Melihat betapa cantiknya gadis ini, Zhou Zishu tidak bisa menahan diri menggodanya, "Apa kau tidak tahu kalau anggur bisa menarik wanita cantik?"

Jawabannya membuat gadis itu terkejut, dia terkikik tak terkendali, tubuhnya gemetar karena tertawa. Zhou Zishu merasa wanita keberuntungan tersenyum padanya, Jiangnan benar-benar penuh dengan keindahan. Zhou Zishu mengaguminya, dan mendesah, "Wahai yang tercantik, tolong kasihanilah orang tua yang malang ini. Tidak baik menertawakan penderitaan orang lain, Nona."

#Dua baris dari puisi 代 悲 白頭翁 (Dài bēi báitóuwēng)/ The Old Man's Great Sadness, oleh Liu Xiyi.

Gadis itu terkejut lagi, "Eh, sekarang kau bersikap seperti orang terpelajar?" Dia berjongkok, secepat kilat melepas botol anggur di pinggang Zhou Zishu, berlari menuju kedai minum itu dan keluar lagi hanya dalam beberapa menit.

Zhou Zishu mau mengambil botolnya lagi, tapi gadis itu buru-buru menarik tangannya dan tersenyum, "Aku akan bertanya sesuatu padamu. Kalau kau menjawab benar, aku akan mengembalikan botol ini padamu, bahkan mentraktirmu lebih; tapi kalau kau menjawab salah, aku akan meracuni minuman ini dan membiarkan perutmu membusuk."

Zhou Zishu tertawa tak berdaya; sungguh jiwa yang sangat merepotkan di balik wajah cantiknya itu. Zhou Zishu menjawab, "Aku memenangkan botol itu dari pengemis tua, siapa yang tahu ada berapa banyak kutu di botolnya. Kalau kau mau, ambil saja, aku malah lebih senang kau mengambilnya."

Gadis itu memutar mata dan cekikikan, "Jadi anggur yang kubawa untukmu ini percuma? Kau membuatku sangat marah sekarang, aku harus membunuhmu."

"Setan kecil ini," pikirnya, "Sungguh menyia-nyiakan kecantikannya saja." Zhou Zishu menurut, "Ya sudah, ayo tanya saja kalau begitu."

"Kenapa kau mengemis di sini, tapi tidak punya mangkuk?"

Zhou Zishu menatapnya, "Siapa bilang aku mengemis? Aku di sini untuk berjemur, kok."

Gadis itu terkejut dan tanpa sadar melihat ke arah pria di lantai dua kedai minum itu. Jelas pria itu juga memiliki pendengaran yang luar biasa, tapi gerakannya hanya berhenti sesaat. Dengan wajah kaku, dia kembali ke makanannya tanpa peduli apapun.

"Aku tidak mengerti, apa itu memang layak?" Gadis itu mendongak menatap matahari dengan kebingungan.

Zhou Zishu menggeleng, dengan cepat menyambar botol itu saat dia lengah, gadis itu berseru dan menatapnya dengan bingung. Pria yang mirip pengemis ini berkata, "Nona, kau masih muda, pasti mau melakukan banyak hal, jadi wajar saja kalau kau menggunakan waktumu untuk mengisi perut dan menjalani hidup sebaik-baiknya. Aku? Aku ini tinggal selangkah menuju kuburan, apalagi yang bisa kulakukan selain minum dan berjemur sambil menunggu kematian?"

Dia menenggak minumannya dalam satu tegukan, lalu mengelap bibir, "Sungguh anggur yang lezat! Terima kasih banyak ya, Nona!"

Gadis itu mencoba menangkap Zhou Zishu saat mau pergi, menganggap kungfunya lumayan bagus; namun tak disangka, gadis itu tidak berhasil menyentuhnya meskipun pria itu hanya berjarak satu lengan saja. Dalam waktu singkat, pengemis itu menghilang di tengah kerumunan dan tidak terlihat lagi.

Si gadis berniat mengejarnya ketika pria di lantai atas berkata pelan, "A-Xiang, meskipun kau tidak cukup mampu, aku tidak tahu kalau penglihatanmu juga seburuk itu. Berhentilah mempermalukan diri sendiri."

#阿 (ā) adalah awalan sayang yang digunakan antara orang-orang yang memiliki hubungan dekat; nama depan karakternya hanya Xiang.

Nadanya berupa bisikan, tak ada kekuatannya sama sekali, namun suara itu mencapai telinga si gadis dari lantai dua, melintasi jalanan yang ramai. Gadis itu kecewa, tapi tidak lagi berani membuat keputusan ceroboh di depan tuannya, hanya menatap para pejalan kaki sejenak sebelum kembali ke kedai minum.

Sementara itu, Zhou Zishu mengayunkan botolnya menuju kemanapun kakinya melangkah. Jiangnan dipuji karena perairannya, namun saat berkeliaran di jembatan kecil dan melihat ke bawah, dia menemukan fakta yang sedikit mengecewakan. Menduga tidak ada penginapan yang mau menerimanya, Zhou Zishu berjalan mengikuti tepi sungai di luar kota. Di sungai itu ada perahu nelayan kecil yang juga berfungsi sebagai angkutan penyeberangan untuk orang yang mau lewat.

Saat itu musim semi, jadi perahu-perahu yang ada penuh dengan turis. Setelah susah payah, akhirnya Zhou Zishu menemukan nelayan dengan perahu yang berlabuh.

Perahu berlayar hitam ini berada tepat di samping kapal-kapal lain yang sibuk; sungguh aneh, kenapa perahu yang satu ini masih tetap kosong. Nelayan itu berbaring telentang dan tidur siang di pantai, wajahnya tertutup topi jerami, hanya rambut berubannya yang sedikit mencuat. Zhou Zishu menghampiri nelayan itu dan duduk di sampingnya, menunggu lelaki tua itu bangun.

Tapi beberapa menit kemudian, nelayan itu tidak bisa tidur lagi. Dia mendengus marah dan menarik topi jerami itu dari wajahnya, menatap si pemuda dengan rasa permusuhan yang jelas, dan mengutuk, "Sialan! Apa kau tidak lihat aku sedang tidur?" 

Zhou Zishu tidak tersinggung sama sekali, "Lao Zhang, apa kau ingin berbisnis?"

#老丈 (Lǎozhàng): Panggilan kepada orang tua tanpa hubungan kekerabatan.

Nelayan itu mengutuk lagi, "Dasar bajingan kecil, mulutmu itu dipakai untuk bicara atau kentut? Kalau kau mau menggunakan perahuku, bicara yang jelas!"

Dia berdiri, meregangkan tubuh dan menepuk pantatnya. Namun saat melihat Zhou Zishu masih duduk di sana, amarahnya meledak lagi, "Apa, kau sekarang menempel di tanah?"

Zhou Zishu berkedip, tiba-tiba mengerti kenapa perahu yang satu ini menganggur dibandingkan perahu yang lain.

Dia berdiri dan mengikuti orang tua itu dengan murung, "Lao Zhang, apa kau punya sesuatu untuk dimakan? Aku tidak keberatan dengan nasi sisa," Zhou Zishu bertanya tanpa rasa malu di sela-sela sesi sumpah serapah nelayan tua itu.

"Huh, hantu kelaparan sialan yang bereinkarnasi juga, ya," bentak si nelayan.

Dia mengeluarkan kue dengan bekas gigitan, dan melemparnya ke pemuda itu. Zhou Zishu terkekeh, tanpa peduli menggigit kue itu sambil berjalan ke perahu.

Nelayan tua itu mulai mendayung, "Persetan dengan ini," dia melirik ke Zhou Zishu sambil masih menggerutu.

==========

<Prev Next>

Comments